<$BlogRSDURL$>

Djoko Widodo

Bandung / Warga Epistoholik Indonesia

Saturday, February 14, 2004

Selamat datang di situs blog saya
sebagai warga jaringan Epistoholik Indonesia.


Nama saya Djoko Widodo, warga Bandung. Kedua orang tua saya adalah orang suku Jawa asli. Ayah dari kota Madiun, sementara ibu berasal dari Kota Gudeg, Jogja. Kedua beliau pindah ke kota Bandung pada tahun 1927 di mana saya, di antara delapan bersaudara, semuanya dilahirkan di kota Bandung. Saya dilahirkan 72 tahun yang lalu (April 1932) sehingga Bandoeng Tempo Doeloe banyak yang masih dapat saya kenang.

Kegiatan menulis surat pembaca mulai saya tekuni sejak tahun 1990-an. Kesukaan menulis ditimbulkan karena panggilan hati nurani dan melihat hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat yang harus dikritisi dan dibenahi. Hati ini terpanggil apabila melihat ketidakbenaran untuk ikut meluruskan dalam bentuk saran masukkan, usulan bahkan dengan kritik yang membangun.

Subjek tulisan saya biasanya seputar kemasyarakatan, meliputi masalah umum dan keagamaan (Islam).

Ada pun jumlah tulisan yang pernah saya kirim dan dimuat di harian Pikiran Rakyat Bandung rasanya sudah cukup banyak. Tapi dengan sangat menyesal banyak tulisan yang terlewat, tak terbaca karena dalam kurun waktu yang demikian lamanya saya tak mampu berlangganan koran. Hanya beberapa buah tulisan saja yang kebetulan terbaca kemudian saya simpan seperti beberapa contoh tulisan saya yang dimuat di situs ini.


SUKA-DUKA SEBAGAI EPISTOHOLIK.
Dari pengalaman menulis tersebut timbullah berbagai tanggapan dari para pembaca atau pun dari instansi yang menjadi sasaran tulisan tersebut. Ada satu﷓dua tulisan berkaitan dengan agama Islam yang oleh Redaksi tidak dimuat. Apa sebab? Karena isi tulisan saya tidak sejalan dengan fahamnya Redaksi.

Saya harus bisa menerima. Karena merekalah pemilik korannya dan berhak untuk menerima atau pun menolaknya. Tapi beberapa tulisan kadang kadang bisa mendapat tanggapan dari sejumlah pembaca. Baik per telepon maupun per surat. Baik dari dalam kota maupun dari luar kota seperti dari Bengkulu, Sumatra Barat, Sumedang dll.

Ada juga beberapa orang yang sengaja datang ke rumah untuk bersilaturrahmi. Dan satu hal yang mengejutkan saya (dan keluarga) adalah kedatangannya seorang muslimah alumni UNPAD yang sekarang tinggal di Sumedang.

Dia katakan kepada anak saya yang kebetulan menemuinya, ingin bertemu bersilaturrahmi kepada saudara (!) Djoko yang sering memberikan tulisan pembaca. Saat saya keluar menyambut dan menyapanya sejenak dia tertegun melihat sosok sepuh.nan kecil yang berdiri di hadapannya.

Sepertinya dia tak percaya bahwa si penulis surat pembaca adalah ini orangnya. Semula barangkali dia mengira bahwa nama Djoko itu pastilah dalam arti djoko yang masih muda, gagah dan ngganteng. Tak taunya inilah aku, Eyang yang sudah memiliki lima orang cucu. Dengan mengakhiri obrolannys yang penuh santun dia pun mohon diri pamit sambil berucap: "Mohon diterima. Ini oleh oleh dari kota Sumedang !”.

Alhamdulillah ﷓ "Suwun nduk"

Itulah suka﷓dukanya sebagai seorang epistoholik. Saya berterima kasih apabila Anda berkenan untuk membaca-baca sampai memberikan komentar untuk beberapa surat pembaca saya yang termuat dalam situs ini.


Wassalam,

DJOKO WIDODO
---------------------





posted by bambang  # 5:18 AM

Friday, February 13, 2004

Selamat datang di situs blog saya
sebagai warga jaringan Epistoholik Indonesia.


Nama saya Djoko Widodo, warga Bandung. Kedua orang tua saya adalah orang suku Jawa asli. Ayah dari kota Madiun, sementara ibu berasal dari Kota Gudeg, Jogja. Kedua beliau pindah ke kota Bandung pada tahun 1927 di mana saya, di antara delapan bersaudara, semuanya dilahirkan di kota Bandung. Saya dilahirkan 72 tahun yang lalu (April 1932) sehingga Bandoeng Tempo Doeloe banyak yang masih dapat saya kenang.

Kegiatan menulis surat pembaca mulai saya tekuni sejak tahun 1990-an. Kesukaan menulis ditimbulkan karena panggilan hati nurani dan melihat hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat yang harus dikritisi dan dibenahi. Hati ini terpanggil apabila melihat ketidakbenaran untuk ikut meluruskan dalam bentuk saran masukkan, usulan bahkan dengan kritik yang membangun.

Subjek tulisan saya biasanya seputar kemasyarakatan, meliputi masalah umum dan keagamaan (Islam).

Ada pun jumlah tulisan yang pernah saya kirim dan dimuat di harian Pikiran Rakyat Bandung rasanya sudah cukup banyak. Tapi dengan sangat menyesal banyak tulisan yang terlewat, tak terbaca karena dalam kurun waktu yang demikian lamanya saya tak mampu berlangganan koran. Hanya beberapa buah tulisan saja yang kebetulan terbaca kemudian saya simpan seperti beberapa contoh tulisan saya yang dimuat di situs ini.


SUKA-DUKA SEBAGAI EPISTOHOLIK.
Dari pengalaman menulis tersebut timbullah berbagai tanggapan dari para pembaca atau pun dari instansi yang menjadi sasaran tulisan tersebut. Ada satu﷓dua tulisan berkaitan dengan agama Islam yang oleh Redaksi tidak dimuat. Apa sebab? Karena isi tulisan saya tidak sejalan dengan fahamnya Redaksi.

Saya harus bisa menerima. Karena merekalah pemilik korannya dan berhak untuk menerima atau pun menolaknya. Tapi beberapa tulisan kadang kadang bisa mendapat tanggapan dari sejumlah pembaca. Baik per telepon maupun per surat. Baik dari dalam kota maupun dari luar kota seperti dari Bengkulu, Sumatra Barat, Sumedang dll.

Ada juga beberapa orang yang sengaja datang ke rumah untuk bersilaturrahmi. Dan satu hal yang mengejutkan saya (dan keluarga) adalah kedatangannya seorang muslimah alumni UNPAD yang sekarang tinggal di Sumedang.

Dia katakan kepada anak saya yang kebetulan menemuinya, ingin bertemu bersilaturrahmi kepada saudara (!) Djoko yang sering memberikan tulisan pembaca. Saat saya keluar menyambut dan menyapanya sejenak dia tertegun melihat sosok sepuh.nan kecil yang berdiri di hadapannya.

Sepertinya dia tak percaya bahwa si penulis surat pembaca adalah ini orangnya. Semula barangkali dia mengira bahwa nama Djoko itu pastilah dalam arti djoko yang masih muda, gagah dan ngganteng. Tak taunya inilah aku, Eyang yang sudah memiliki lima orang cucu. Dengan mengakhiri obrolannys yang penuh santun dia pun mohon diri pamit sambil berucap: "Mohon diterima. Ini oleh oleh dari kota Sumedang !”.

Alhamdulillah ﷓ "Suwun nduk"

Itulah suka﷓dukanya sebagai seorang epistoholik. Saya berterima kasih apabila Anda berkenan untuk membaca-baca sampai memberikan komentar untuk beberapa surat pembaca saya yang termuat dalam situs ini.


Wassalam,

DJOKO WIDODO

---------------------





posted by bambang  # 5:39 AM
Selamat datang di situs blog saya
sebagai warga jaringan Epistoholik Indonesia.

Nama saya Djoko Widodo, warga Bandung. Kedua orang tua saya adalah orang suku Jawa asli. Ayah dari kota Madiun, sementara ibu berasal dari Kota Gudeg, Jogja. Kedua beliau pindah ke kota Bandung pada tahun 1927 di mana saya, di antara delapan bersaudara, semuanya dilahirkan di kota Bandung. Saya dilahirkan 72 tahun yang lalu (April 1932) sehingga Bandoeng Tempo Doeloe banyak yang masih dapat saya kenang.

Kegiatan menulis surat pembaca mulai saya tekuni sejak tahun 1990-an. Kesukaan menulis ditimbulkan karena panggilan hati nurani dan melihat hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat yang harus dikritisi dan dibenahi. Hati ini terpanggil apabila melihat ketidakbenaran untuk ikut meluruskan dalam bentuk saran masukkan, usulan bahkan dengan kritik yang membangun.

Subjek tulisan saya biasanya seputar kemasyarakatan, meliputi masalah umum dan keagamaan (Islam).

Ada pun jumlah tulisan yang pernah saya kirim dan dimuat di harian Pikiran Rakyat Bandung rasanya sudah cukup banyak. Tapi dengan sangat menyesal banyak tulisan yang terlewat, tak terbaca karena dalam kurun waktu yang demikian lamanya saya tak mampu berlangganan koran. Hanya beberapa buah tulisan saja yang kebetulan terbaca kemudian saya simpan seperti beberapa contoh tulisan saya yang dimuat di situs ini.


SUKA-DUKA SEBAGAI EPISTOHOLIK.
Dari pengalaman menulis tersebut timbullah berbagai tanggapan dari para pembaca atau pun dari instansi yang menjadi sasaran tulisan tersebut. Ada satu﷓dua tulisan berkaitan dengan agama Islam yang oleh Redaksi tidak dimuat. Apa sebab? Karena isi tulisan saya tidak sejalan dengan fahamnya Redaksi.

Saya harus bisa menerima. Karena merekalah pemilik korannya dan berhak untuk menerima atau pun menolaknya. Tapi beberapa tulisan kadang kadang bisa mendapat tanggapan dari sejumlah pembaca. Baik per telepon maupun per surat. Baik dari dalam kota maupun dari luar kota seperti dari Bengkulu, Sumatra Barat, Sumedang dll.

Ada juga beberapa orang yang sengaja datang ke rumah untuk bersilaturrahmi. Dan satu hal yang mengejutkan saya (dan keluarga) adalah kedatangannya seorang muslimah alumni UNPAD yang sekarang tinggal di Sumedang.

Dia katakan kepada anak saya yang kebetulan menemuinya, ingin bertemu bersilaturrahmi kepada saudara (!) Djoko yang sering memberikan tulisan pembaca. Saat saya keluar menyambut dan menyapanya sejenak dia tertegun melihat sosok sepuh.nan kecil yang berdiri di hadapannya.

Sepertinya dia tak percaya bahwa si penulis surat pembaca adalah ini orangnya. Semula barangkali dia mengira bahwa nama Djoko itu pastilah dalam arti djoko yang masih muda, gagah dan ngganteng. Tak taunya inilah aku, Eyang yang sudah memiliki lima orang cucu. Dengan mengakhiri obrolannys yang penuh santun dia pun mohon diri pamit sambil berucap: "Mohon diterima. Ini oleh oleh dari kota Sumedang !”.

Alhamdulillah ﷓ "Suwun nduk"

Itulah suka﷓dukanya sebagai seorang epistoholik. Saya berterima kasih apabila Anda berkenan untuk membaca-baca sampai memberikan komentar untuk beberapa surat pembaca saya yang termuat dalam situs ini.


Wassalam,

DJOKO WIDODO

---------------------





posted by bambang  # 5:39 AM
Selamat datang di situs blog saya
sebagai warga jaringan Epistoholik Indonesia.


Nama saya Djoko Widodo, warga Bandung. Kedua orang tua saya adalah orang suku Jawa asli. Ayah dari kota Madiun, sementara ibu berasal dari Kota Gudeg, Jogja. Kedua beliau pindah ke kota Bandung pada tahun 1927 di mana saya, di antara delapan bersaudara, semuanya dilahirkan di kota Bandung. Saya dilahirkan 72 tahun yang lalu (April 1932) sehingga Bandoeng Tempo Doeloe banyak yang masih dapat saya kenang.

Kegiatan menulis surat pembaca mulai saya tekuni sejak tahun 1990-an. Kesukaan menulis ditimbulkan karena panggilan hati nurani dan melihat hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat yang harus dikritisi dan dibenahi. Hati ini terpanggil apabila melihat ketidakbenaran untuk ikut meluruskan dalam bentuk saran masukkan, usulan bahkan dengan kritik yang membangun.

Subjek tulisan saya biasanya seputar kemasyarakatan, meliputi masalah umum dan keagamaan (Islam).

Ada pun jumlah tulisan yang pernah saya kirim dan dimuat di harian Pikiran Rakyat Bandung rasanya sudah cukup banyak. Tapi dengan sangat menyesal banyak tulisan yang terlewat, tak terbaca karena dalam kurun waktu yang demikian lamanya saya tak mampu berlangganan koran. Hanya beberapa buah tulisan saja yang kebetulan terbaca kemudian saya simpan seperti beberapa contoh tulisan saya yang dimuat di situs ini.


SUKA-DUKA SEBAGAI EPISTOHOLIK.
Dari pengalaman menulis tersebut timbullah berbagai tanggapan dari para pembaca atau pun dari instansi yang menjadi sasaran tulisan tersebut. Ada satu﷓dua tulisan berkaitan dengan agama Islam yang oleh Redaksi tidak dimuat. Apa sebab? Karena isi tulisan saya tidak sejalan dengan fahamnya Redaksi.

Saya harus bisa menerima. Karena merekalah pemilik korannya dan berhak untuk menerima atau pun menolaknya. Tapi beberapa tulisan kadang kadang bisa mendapat tanggapan dari sejumlah pembaca. Baik per telepon maupun per surat. Baik dari dalam kota maupun dari luar kota seperti dari Bengkulu, Sumatra Barat, Sumedang dll.

Ada juga beberapa orang yang sengaja datang ke rumah untuk bersilaturrahmi. Dan satu hal yang mengejutkan saya (dan keluarga) adalah kedatangannya seorang muslimah alumni UNPAD yang sekarang tinggal di Sumedang.

Dia katakan kepada anak saya yang kebetulan menemuinya, ingin bertemu bersilaturrahmi kepada saudara (!) Djoko yang sering memberikan tulisan pembaca. Saat saya keluar menyambut dan menyapanya sejenak dia tertegun melihat sosok sepuh.nan kecil yang berdiri di hadapannya.

Sepertinya dia tak percaya bahwa si penulis surat pembaca adalah ini orangnya. Semula barangkali dia mengira bahwa nama Djoko itu pastilah dalam arti djoko yang masih muda, gagah dan ngganteng. Tak taunya inilah aku, Eyang yang sudah memiliki lima orang cucu. Dengan mengakhiri obrolannys yang penuh santun dia pun mohon diri pamit sambil berucap: "Mohon diterima. Ini oleh oleh dari kota Sumedang !”.

Alhamdulillah ﷓ "Suwun nduk"

Itulah suka﷓dukanya sebagai seorang epistoholik. Saya berterima kasih apabila Anda berkenan untuk membaca-baca sampai memberikan komentar untuk beberapa surat pembaca saya yang termuat dalam situs ini.


Wassalam,

DJOKO WIDODO

---------------------





posted by bambang  # 5:39 AM
----------------------------------------------------------

BUSANA DALAM MENGHADIRI UNDANGAN DI MASJID
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Juni 2003

ALHAMDULILLAH, masjid-masjid saat ini penuh semarak dengan berbagai kegiatan. Fungsi masjid yang dulu hanya digunakan sebatas untuk salat, jumatan dan peringatan hari-hari besar Islam, kini telath berubah dan berkembang menjadi pusat kegiatan keagamaan. Berbagai kegiataan dapat kita amati antara lain pengajian, diskusi, bimbingan haji, silaturahmi, taman kanak-kanak, dan kontes baca﷓tulis Alquran. Juga acara dan upacara pernikalian.

Hampir setiap hari Minggu di 'musim﷓kawin' sering saya saksikan, perempuan﷓perempuan yang menghadiri undangan di masjid dalam upacara akad﷓nikah hanya berbusana bubuligiran (ngliga, tanpa baju). Tanpa merasa risi mereka memperlihatkan punggung, bahu, setengah dada hingga ke. bawah. Tentu bukan begini yang diperkenankan oleh Sang Maha Pemiliknya.

Saran saya, dalam.acara apa pun yang diselenggarakan di dalam. masjid bagi perempuan hendaklah berbusana yang menutup seluruh anggota badan, kecuali yang tampak adalah wajah. dan kedua telapak tangan. Demikian Islam mengajarkan kepada.para pemeluknya.

Pusdai (Pusat Dakwah Islam) juga para pengurus mesjid (DKM) hendaknya membuat peraturan semacam brosur. yang mencantumkan beberapa ketentuan bagi yang hendak masuk masjid. Karena masjid merupakan tempat ibadah yang suci dan mulia. Jangan mereka dibiarkan dalam ketidaktahuan. Sementara yang mengerti seperti pura﷓pura tidak tahu dan tidak mau peduliakan hal ini. Sampaikan dakwah Anda!

Semoga Allah Swt memberi kekuatan kepada kita.untuk menaati ajaran﷓Nya. Amin.

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

---------------------------------


SECERCAH GAMBARAN DI MALAM TAHUN BARU
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Januari 2003


SUASANA pergantian tahun Masehi 2002 ke 2003 ditandai berbagai keriaan, hura﷓hura, dan.berbagai penghamburan yang tiada taranya guna menciptakan gemerlapnya kehidupan di dunia yang fana ini. Tampaknya, orang merasa puas dan menikmati maIam tersebut, mengisi malam dengan ingar﷓bingar penuh kegilaan, apalagi bila dirinya memang ikut larut dan tenggelarn di dalamnya.

Sepertinya mereka ingin bergembira dan bebas dengan kebebasan yang tanpa batas, segala keinginannya di malam itu seakan boleh dilakukan semau﷓maunya dan sepuaspuasnya. Mereka mempertuhankan (?!) kehendaknya, memanjakan keinginannya, emosinya meledak﷓ledak tanpa bisa dikendalikan oleh siapa pun dan oleh aturan apa pun.

Memang benar, hak setiap orang untuk merayakan dengan gaya dan caranya sendiri﷓sendiri. Akan tetapi, bagi saya yang kurang mengerti (penglihatan dan penilaian saya bisa keliru dan tidak sejalan dengan yang lain), dengan segala kerendahan hati saya mohon untuk bisa dimaafkan. . Akan tetapi, itulah yang dapat kita lihat dan kita saksikan di mana-mana, setidaknya yahg ditayangkan oleh seluruh siaran pemancar TV.

Bagi seorang muslim yang baik, tentunya akan bersikap. lain dan sangat berbeda. Misalnya saja dia akan merenung ihwal dirinya. Umurnya semakin tua tetapi jatah hidupnya terkikis semakin tipis dan berkurang. Dia hisab. dirinya (muhasabah). Di ingat﷓ingatnya akan segala aib kesalahan dan kecerobohannya dalam menjalani hidup selama ini.

Maka, dia pun bertekad memperbaiki dan meningkatkan hidup keberagamaannya dengan lebih baik, lebih bersungguh﷓sungguh untuk mencapai cita﷓cita takwa yang penuh rahmat, magfirah, dan ridlaNya. Alhasil, perhatian terhadap agamanya akan lebih dipertajam, lebih digiatkan dari yang sudah﷓sudah. Semoga keinginan baik serta doa kita bersama mereka, dikabulkan Allah Yang Maha Penyayang. Amin..

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------


YANG SAKIT PUN BUTUH MENDENGARKAN DAKWAH
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Juli 2001


Assalamu alaikum Wr. Wb., .
Untuk menanamkan aqidah Islamiyah dan menumbuhkembangkan semangat beragama, maka hampir scluruh radio swasta menyiarkan dakwah Islamiyah di.setiap pagi. Demikian pula TVRI maupun TV swasta tidak mau ketinggalan ikut menyemarakkan dakwah Islamiyah. Hal ini sangat menggembirakan dan wajar karena sebagian besar rakyat Indonesia beragama Islam.

Dalam hal ini pemerintah pun senantiasa memberi kesempatan kepada para pemeluknya untuk menjalankan ibadah menurut keyakinan agamanya masing﷓masing (tertuang dalam UUD '45 pasal 29 ayat 1+2).

Ada pun yang sangat saya sayangkan adalah bahwa ibadah Jumat yang hukumnya fardu, hanya disiarkan oleh RRI Bandung saja, pada gelombang AM. Bagi radio swasta tampaknya untuk saat ini belum memungkinkan, disebabkan karena kesulitan teknis maupun operasionalnya.

Padahal siaran Jumatan sangat dibutuhkan oleh sebagian umat Islam. Karena banyak umat Islam yang taat beribadah, tapi justru pada hari Jumat kadang kala tidak bisa, mlaksanakan disebabkan karena sakit, baik yang berbaring di rumah maupun yang telah berminggu﷓minggu, bahkan mungkin banyak juga yang telah berbulan-bulan dirawat di sejumlah rumah sakit. Bagi yang sakit, telinga mereka tetap mendengar dan hati mereka senantiasa rindu untuk mendengarkan firman Allah melalui, khutbah Jumat. Terlebih lebih bagi yang sedang sakit, bimbingan rohani keagamaan sangat diharapkan dan menjadi sangat penting artinya. Ingat, bahwa yang tidak (usah) pergi ke mesjid saat.itu bukan hanya orang sakit saja, tapi juga ibu﷓ibu di setiap rumah tangga beserta para remaja putrinya.

Kalaulah radio swasta belum dapat ikut menyiarkannya, saya harapkan kearifan para pimpinan﷓siaran radio swasta agar pada saat Jumatan sebaiknya tidak menyiarkan dongeng, bobodoran, ceritera silat maupun lagu-lagu yang kurang berkenan dan sebagainya., melainkan menyiarkan dakwah Islamiyah, cukup dari kaset rekaman ceramah.

Mudah﷓mudahan mereka yang tidak dapat pergi ke mesjid ini mendapat kesempatah yang sama dalam mendengarkan khutbah seperti yang pergi Jumatan. Insya Allah.

Atas peniuatan tulisan ini saya ucapkan terimakasih.

Joko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------

TAMAN MERDEKA JADI TAMAN PARKIR
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, April 2000

Redaksi "PR" Yth.

Assalamu alaikum Wr Wb.
Sebagai suatu kebiasaan, di pagi hari sering saya berjalan﷓jalan seputar Kota Bandung, khususnya ke bagian kota yang penuh ditumbuhi pohon rindang atau pun ke taman﷓taman yang sejuk. Pilihan saya akhir﷓akhir ini ialah ke lingkungan kantor Pemda Bandung.

Pagi sebelum pukul 07.00 beralihlah saya ke Taman Merdeka yang letaknya di sebelah selatan, tepat berhadapan dengan kantor Bapak Walikota Bandung. Namun jalan﷓jalan di taman tersebut tak dapat berlangsung lama, karena mulai saat itu banyak mobil yang masuk ke taman, ngadon parkir di situ.

Suatu pagi hari pernah saya iseng﷓iseng menghitung mobil yang ada di situ. Ternyata yang nongkrong di situ berjumlah tidak kurang dari 40 buah mobil. Tragisnya, bahwa para penumpang yang turun dari mobil semuanya berpakaian keren-keren, berseragam dinas pemda, termasuk sejumlah mobil yang berplat nomor merah milik negara !

Apakah macam ini praktik yang dikehendaki oleh Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang ingin diterapkan oleh "putra﷓putra negara". di bumi Pertiwi ? Padahal menurut peraturan, kendaraan bermotor atau apapun dilarang parkir, 1) di rambu﷓rambu yang berhuruf P dicoret, 2) di depan pintu pagar rumah/kantor/bangunan dsb, 3) di atas trotoar, 4) di dalam taman rekreasi/lapangan/alun﷓alun dsb. Kecuali yang diperbolehkan' masuk taman hanyalah ke Taman Safari ﷓ Bogor.

Memang benar para pedagang kaki lima (PKL) diuber﷓uber tidak diperbolehkan berjualan di trotoar. Namun di sisi lain pelanggaran perparkiran pun tetap berjalan "normal”. Buktinya Taman Merdeka yang kita lihat sekarang ini telah beralih fungsi. Rupanya sah﷓sah saja menjadi lahan perparkiran dengan tanpa ada yang peduli !

Teu kitu﷓kieu, sugan kumaha. Eh, damang we, alias cuwek.

Kepada redaksi Pikiran Rakyat atas pemuatannya ini saya ucapkan terima kasih.

Wassalam.

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------


NIKAH DI BULAN RAMADHAN, MENGAPA TIDAK ?
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Maret 2000

Redaksf PR Yth.

Assalamu'alaikum wr. wb.

Hari Ahad pertama di bulan Ramadhan ini saya melewati suatu gedung perternuan. Dari jauh terlihat banyak orang memasuki gedung. Apa yang sedang terselenggara.di situ tak jelas, karena saya melintas cepat di atas kendaraan. Timbul di benak saya, mungkinkah itu undangan pernikahan? Saya kira bagi orang Islam dan penduduk Pulau Jawa umumnya pelaksanaan pernikahan di bulan Ramadhan hingga saat ini belum ada. Tapi ini bukan berarti tidak boleh menurut agama Islam. Bahkan pada dasarnya kapan pun boleh melaksanakan pernikahan, kecuali pada saat orang melaksanakan umroh dan/atau ibadah haji (At Hadits).dan masa idah.

Bulan Ramadhan adalah bulan barokah penuh rakhmat. Demikian sering kita. dengar, karena semua ibadah dan kebaikan yang kita lakukan di bulan Ramadhan akan mendapat kelipatan pahala jauh melebihi pahala yang diterima di luar bulan Ramadhan. Dalarn hadits dinyatakan bahwa satu ibadah sunah (= yang terpuji) yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dinilai setara dengan ibadah fardu yang dilakukan di luar bulan Ramadhan. Apalagi ibadah fardu yang dilakukan akan mendapat kelipatan pahala yang jauh lebih tinggi nilainya di sisiNya.

Sebagaimana kita sama﷓sama tahu. pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah (At Hadits), maka timbullah pikiran saya, bila seseorang menikah di bulan Ramadhan tentulah berpahala besar. Jadi logikanya, seorang pemuda Muslim dengan seorang Muslimah yang sedang menjalankan shaum, kemudian melaksanakan ibadah pernikahan. akan mendapat rakhmat dan pahala besar di sisiNya.

Mengenai waktu akad﷓nikah bisa saja diatur. Sebaiknya dilaksanakari sore hari, pukul 17.00 misalnya, yaitu menjelang buka shaum agar setiap tamu yang hadir dapat buka bersama. Ini akan mendatangkan pahala bagi penyelenggata pernikahan. Seballiknya, tamu yang hadir memenuhi undangan pun akan menclapat pahala pula (At Hadits).

Di samping itu jangan lupa, bahwa doa yang dipanjatkan para tamu bagi ke dua mempelai di bulan Ramadhan ini sangat mustajab. Demikian sabda Rasulullah SAW. Maka ditinjau dari segi ibadah, pernikahan di bulan suci Ramadhan, bagi kedua belah pihak, yang mengundang dan yang diundang secara timbal balik, masing﷓masing akan mendpatkan banyak barokah pahala di dalamnya.

Bagi umat Islam pernikahan di buIan Ramadhan ini kiranya perlu dilazimkan. Mengapa tidak? Semoga renungan dan pemikiran ini membawa kepada kebenaran Al Islam. Insya Allah...

Kepada Redaksi saya ucapkan terima. kasih.

Wassalam.


Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

---------------------------------------------------

PERLU PENERANGAN DI DEPAN RS CICENDO
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, 2 Juli 1999

Redaksi "PR" Yth.
Saya tinggal di Cicendo Bandung. Untuk melaksanakan kewajiban yang rutin, setiap maghrib dan isya saya harus menyeberang melintasi Jalan Cicendo. Untuk menyeberang Jalan Cicendo sangat sulit serta harus sangat berhati﷓hati. Masalahnya karena sudah cukup lama lampu mercury penerangan jalan tidak pernah menyala di awal malam, kecuali sesudah sedikit (agak) malam. Bahkan kadangkadang hingga siang hari pun lampu masih tetap suka menyala. Sementara itu ramainya mobil angkot dan mobil﷓mobil pribadi "bur﷓ber" berseliweran dengan kecepatan tinggi. Maklum, Jalan Cicendo, cukup mulus dan lebar !

Demi keselamatan dan kenyamanan bersama maka :

1. Kepada PLN Cabang Bandung saya mohon perbaikan dan keteraturannya dalam menyalakan lampu-lampu di jalan tersebut.
2. Kepada pengguna jalan, terutama kendaraan roda empat, agar mengurangi keeepatannya apabila melintas di depan RS Mata Cicendo.
3. Kepada Dinas Lalu﷓Lintas Jalan Raya, agar di depan RS Mata Cicendo dipasang lampu dan rambu﷓rambu lalu﷓lintas khusus yang mencolok guna memberi peringatan bagi para pengemudi sehingga para pejalan kaki merasa aman karena orang﷓orang penyeberang jalan terdapat juga para penderita sakit mata yang ditutup matanya yang akan menuju apotek di seberang j alan.

Semoga kita dapat saling menghargai sesama pengguna jalan dengan memberi hak yang semestinya. Atas pemuatannya, kepada Redaksi PR saya ucapkan terima kasih.


Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004


---------------------------------------------------

KOLAM YANG MERANA DI TAMAN MERDEKA
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Juni 1999.


Redaksi PR Yth.,

Kota Bandung dengan semboyan Berhiber (Bersih, Hijau, Berbunga) tampaknya ada sedikit kemajuan, setidaknya apa yang dapat saya lihat di Taman Merdeka sekarang ini. Jalan-jalan di dalam taman telah rata diaspal hotmix. Tiap pagi taman dan jalannya disapu bersih oleh para petugas pertamanan. Pohon-pohon yang tumbuh di dalam taman subur, tinggi-tinggi, besar-besar serta rindang menyejukkan, menambah suasana nyaman dan tenteram.

Karena itu setiap pagi ada saja orang yang asyik menikmati suasana di dalam taman ini untuk sekadar duduk-duduk atau berjalan-jalan sebagai olahraga ringan namun bermanfaat itu. Di bagian utara taman terdapat sebuah patung badak putih yang ditempatkan menghadap sebuah kolam. Di sekitar kolam tersebut terpancanglah sebuah papan bertuliskan, DILARANG MANDI DAN MEMANCING IKAN DI KOLAM INI.

Saya piker, tanpa tulisan ini pun orang dengan sendirinya tak akan mau melanggar larangan tersebut. Mengapa ? Karena air di situ sudah kotor sekali, berwarna hijau lumut, penuh dengan jentik-jentik bibit nyamuk sebagai sarang wabah demam berdarah pembawa musibah.

Kotornya kolam tersebut dikarenakan : 1. Tak ada setetes pun air yang mengalir mengisi ke dalam kolam. 2. Tak ada air yang mengalir keluar ke tempat pembuangan. 3. Tak ada pemeliharaan, dikuras atau dibersihkan dsb. Dan ini dibiarkan sentah sudah berapa lama. Sungguh merana. Padahal kolam ini berada di satu tanah hamparan dengan kompleks perkantoran Pemda Kodya Bandung.

Maka penulis selaku warga Kota Bandung tercinta ini mohon perhatian Pemda dan Dinas Pertamanan untuk segera turun tangan agar kolam tersebut difungsikan kembali seperti semula, dengan diisi air yang jernih dan bersih, atau dikosong-keringkan saja daripada tak terurus terus menerus.

Kepada Redaksi PR yang telah memuatnya saya ucapkan terima kasih.

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

---------------------------------------------------

JUJUR DAN ADIL DALAM BERKAMPANYE
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Maret 1999


Redaksi "PR" Yth,
Saya yakin bahwa setiap orang telah tahu apa yang disebut dengan kata jujur dan adil. Dalam kaitannya dengan Pemilu jelas ada pengertian yang harus bisa diterapkan di situ karena pada masa pemerintahan Orde Baru atau Orde I KKN saatitu, ada juga golongan yarg arogan, tidak mau bersikap jujur dan adil. Terbukti kedua kata tarsebut telah ditolak dan. tidak dimasukkan ke dalam peraturan Pemilu.

Di era Pemilu sekarang ini apa mereka masih bersikap demikian ? Tak bisa kita menjawabnya, karena orangnya masih ada dan itu﷓itu juga. Tapi yang ingin saya sampaikan di sini ialah agar seJak mulai kampanye saat ini hinggea Pemilu dan perhitungan suara nanti dilakukan secara jujur dan adil.

1. Berkampannye dengan. tidak menggunakah fasilitas dinas, pemerintah, jawatan dan jabatan, instansi/lembaga dsb.
2. Tldak mengintimidasi/menakut-nakuti rakyat yang tidak mau memilih partai ﷓ golongannya.
3. Penayangan di layar TVRI (pemerintah) harus sama lamanya bagi sedap orsospol.
4. Dalam perhitungari suara tidak bolch ada yang memanipulasi angka, baik menambah bagi partai golongan(nya), maupun mengurangi bagi partai pesaingnya.


Dari hasil perhitungan itu nanti, agar tidak menempatkan orang﷓orang yang "berbau KKN" ke dalam badan legislatif (juga eksekutif dan yudikatif). Tidak pula menempatkan orang-orang yang tidak bisa diandalkan dan tidak handal (= tidak profesional) waspadai Orba dan golongan pro status﷓quo!

Kepada massa simpatisah orsospol yang sedang berkampanye saat ini, dihirapkan sekali untuk tidak membuat ulah yang bisa mengganggu serta merugikan kepentingan umum.

Selamat berkampanye.
Kepada Redaksi PR saya haturkan terimakasih atas pemuatannya.


Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------

MEMANJAT PAGAR UNTUK BISA OLAHRAGA
Dimuat di Harian Pikiran Rakyat, Oktober 1998.


Redaksi PR Yth.,

Olahraga penting bagi kesehatan dan kebugaran jasmani, kini telah menjadi kebutuhan dan kenyataan. Setiap lapangan yang ada di kota Bandung, termasuk alun-alun selalu dipenuhi oleh masyarakat yang suka berolahraga. Ada yang berjalan-jalan, ada yang berlari-lari dan tak ketinggalan senam massal berirama.

Suasana demikian dapat kita temui tiap hari Minggu pagi. Lebih dari seribu orang, tua muda dari berbagai lapisan masyarakat dengan aneka warna kostum busana olahraga yang sangat menarik tampak ceria. Salah satu lapangan yang paling ramai dan penuh dikunjungi oleh para pencari kesehatan, ialah lapangan Gasibu di Bandung Utara.

Namun karena penuh sesaknya pesenam di lapangan tersebut maka sebagian pecinta olahraga mengalir ke lapangan sebelah utara di sekitar Monumen Perjuangan, Jalan Japati. Tapi sayangnya arena yang beberapa bulan lalu terbuka bebas itu, kini telah dipagar besi tinggi seluruhnya sehingga orang tak lagi bisa masuk. Maka pada setiap hari Minggu pagi orang pun beramai-ramai memanjat pagar termasuk remaja putrinya agar dapat masuk berolahraga di arena tersebut.

Usul saya kepada pengelola arena/taman tersebut, daripada orang masuk dengan cara demikian yang membahayakan, lebih baik setiap hari Minggu pagi pintu pagar dibuka saja sampai tengah hari untuk memberi keleluasan bagi mereka yang ingin berolahraga di situ. Sesudah itu silakan tutup kembali seperti semula agar orang nakal tak dapat menggunakannya lagi untuk hal-hal yang tidak terpuji.

Kepada Redaksi PR yang telah memuatnya saya ucapkan terima kasih.

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------

DOMBA UNTUK QURBAN : MOHON TANGGAPAN
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Maret 1998


Redaksi "PR" Yth.

Assalamu 'alaikum wr wb.
Menjelang Idul Adha bagi setiap muslimin yang merasa mampu dituntut mempersiapkan diri untuk membeli hewan qurban guna disembelih seperti domba, kambing, atau pun sapi. Pusat﷓pusat penjualan hewan qurban di seputar Kota Bandung saat demikian cukup ramai dikunjungi pula calon pembeli untuk memilih mana hewan yang baik serta memenuhi syarat untuk dijadikan hewan qurban.

Teringat akan peristiwa tahun lalu ketika pilihan saya saat itu jatuh pada seekor domba jantan yang tegap, besar dan gemuk. Hampir seluruh bulunya berwarna hitam legam, licin dan mengkilat. Suaranya berat dan keras. Kondisinya sehat tanpa cacat. Tanduknya pun kokoh melingkar. dan ujung﷓ujungnya, sedikit ke samping menghadap ke depan. Jangkrak trangginas bukan main ! Sementara orang﷓orang mengerumuni dan mengagumi hewan kewes tersebut, transaksi jual-beli pun hampir tercapai.

Dalam keadaan saling menunggu kesepakatan antara si penjual dengan saya sebagai calon pembelinya, tiba﷓tiba datanglah seseorang menghampin saya sambil membisikkan ke telinga saya dengan mengatakan bahwa sejak domba tersebut masih bayi sekali, anak domba tersebut senantiasa disusukan pada seekor babi ! Jadi tentu saja tubuh dan tumbuhnya menjadi demikian subur dan besarnya.

Atas bisikan orang tersebut maka niat saya untuk membeli domba tersebut jadi sirna hingga saya urungkan, paling tidak untuk sesaat itu. Dalarn benak saya kini timbul pikiran, seandainya domba tersebut jadi saya beli untuk hewan qurban, maka bagaimana hukumnya ? Sahkah, halalkah, haram kah atau bagaimana? Sebab ada yang mengatakan, di dalam qaidah ushul ﷓ fiqih: "Dari setiap sumber yang haram, maka usaha mau pun hasilnya akan tetap haram”.

Untuk masalah ini mohon.tanggapan para pembaca yang budiman. Baik kepada yang akan menanggapi mau pun kepada Redaksi saya ucapkan terima kasih.


Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

-----------------------------------------------------

ADA MAKAM BERPINDAH TEMPAT
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Juni 1997


Redaksi "PR" Yth,

Assalamu alaikum wr. wb.
Pada hari kedua Lebaran saya pergi ke makam saudara sekandung saya yang dimakarnkan di TPU Sirnaraga, Bandung. Kalau saya pergi ke makam, saya tak pernah nyekar. Maksud saya ke makam ialah untuk memasang pening (nomor makam) sebagai tanda bahwa makam tersebut sudah terdaftar. Demikian peraturan yang dikeluarkan o1eh Dinas Pemakaman. Sewaktu﷓waktu makam tersebut saya ziarahi. Saya doakan almarhum, bukan untuk minta﷓minta kepada kubur yang sangat terlarang menurut agama Islam itu.

Yang tielebih penting ialah untuk mengingatkan diri saya bahwa di akhir dari kesibukan dan kehidupan dunia ini adalah kematian. Jasad kita kelak dibebeskeun ke liang lahat yang sempit, di balik perut bumi ini. Kemudian ditimbun dan dihimpit dengan tanah dari segala penjuru arah. Lama tiada bingganya sepanjang zaman hingga datangnya hari kiamat. Kemudian dibukalah babak baru, babak penghisaban dst.

Yang saya herankan, kedatangan saya ke makam kali, ini ialah, bahwa makam saudara sekanduing saya tersebut telah tidak ada, di tempatnya lagi. Makam yang ada disitu kini telah berganti 'penghuni'. Nama dan bentuk makamnya pun bukan nama saudara kandung saya lagi. Tentu saja saya. terkejut, bingung dan bengong! Masya Allah. Setelah dicari kesana-kemari maka makam saudara saya tersebut ternyat telah berpindah dari tempat semula yang berjarak kira﷓kira 25 meter.

Demikian pula dengan kondisi: makamnya yang scmula makam tersebut hanya tanah datar yang dibatasi/dikelilingi batu lempengan yang ditata rapi, kini sudah berubab menjadi sebuah makam yang ditembok. Dri nisannya saja dapat saya ketahui bahwa itulah makam saudara sekandung saya. Jangan﷓jangan isi makarnnya kosong, tiada tulang belulangyang ikut dipindahkan. Saya tak habis pikir, makam kok bisa berpindah begitu saja tanpa diketahui keluarganya. Teung-teungeun ieu batur !

Mengenai,'makam pindah' ini saya tanyakan kepada sejumlah pekerja di situ, tapi tak satu pun yang tahu persoalannya. Saya tak keberatan makam tersebut dipindahkan, atau bila perfu diisi dengan jasad yang lain. Tapi mbok ya dengan alasan yang benar dan ditempuh dengan cara sopan dengan minta izin terlebih dulu kepada kami. Alamat kan bisa dicari dan dilihat di kantor Dinas Pemakaman setempat.

Itulah kasus unik yang menimpa makam saudara sekandung saya di Taman Pemakaman Umum Sirnaraga Bandung.

Atas pemuatan tulisan ini, kepada Redaksi saya ucapkan terima kasih.

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------

IBADAH SUNAH : MENGAPA LEBIH DIPENTINGKAN ?
Dimuat di Harian Republika, 8/8/1996

Assalamu alaikum Wr. Wb.
Di Indonesia ibadah umroh saat ini sedang berkembang pesat. Alhamdullilah. Barangkali sudah menjadi semacam mode/trend. Biasanya umroh dengan wisatanya merupakan satu paket, yaitu untuk umroh sekaligus berwisata ke berbagai negara Timur Tengah atau bahkan terus ke Eropa. Paket ini memang sangat menarik di mana antara satu dengan lainnya seolah tak dapat dipisahkan.

Kita lihat setiap hari ada saja tetangga/yayasan bimbingan umroh dan haji atau biro-biro perjalanan gencar mempromosikan dengan wisatanya melalui iklan di sejumlah surat kabar. Menurut biro perjalanan atau pun lembaga/yayasan yang menyelenggarakan paket serupa ini biayanya jadi jauh melebihi biaya ongkos naik haji (ONH). Jadi dari segi bisnis memang sangat menguntungkan.

Ibadah umroh yang dilakukan di luar bulan Dzulhijjah hukumnya adalah sunah semata. Sedangkan ibadah haji yang dilakukan di bulan Dzulhijjah hukumnya adalah wajib. (Ali Imran : 97).

Padahal sebagian besar dari mereka yang berumroh dengan paket ini ternyata adalah justru mereka yang belum pernah melaksanakan ibadah haji. Ini kan terbalik dan sekarang perlu diluruskan ! Bahwa ibadah sunat umroh di luar bulan Dzulhijjah seharusnya hanya dilakukan oleh mereka yang sudah pernah menunaikan ibadah haji, bukan sebaliknya.

Para pembimbing umroh/haji harus menyadari akan kekeliruannya dan sekaligus menerangkan sejelas-jelasnya kepada para calon jamaah umroh bagaimana seharusnya agar tidak salah mengerti dan salah menjalankannya. Jadi jangan ibadah umroh yang sunat hukumnya didahulukan, sementara ibadah haji yang wajib hukumnya ditangguhkan/ditinggalkan.

Ini sama saja dengan orang yang rajin salat sunat tahajjud, tapi salat fardhu yang lima waktunya ditinggalkan. Jadi tegasnya, dahulukan ibadah haji kemudian kalau berniat, kapan saja boleh melaksanakan umroh dengan/tanpa wisata sekalipun. Bagi biro perjalanan dan para pembimbing jamaah umroh jangan asal ingin meraup keuntungan besar dengan mengexploitir kaum muslim yang menunaikan ibadah, apalagi dengan cara yang salah.

Kalau caranya salah begitu, bagaimana tanggung jawabnya kelak di akhirat di hadapan Allah Yang Maha Perkasa ? Apakah mau nekat saja ? Itulah yang kita permasalahkan.


Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------

IBADAH DAN SYUKURAN : IKHLAS ATAU RIA ?
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, 11 Maret 1996

Redaksi PR Yth.

Assalamu 'alaikum Wr Wb.
Belum lama im seorang sahabat berceritera pada~saya, bahwa dia telah menclapat undangan dari seo rang temannya. Undangan diseleng garakan di sebuah restoran mewah ternama di Kota Kembang ini. Yang hadir pun sangat banyak melimpah ruah. Sebelum sang pengundang mempersilakan para tamunya menyantap hidangan, terlebih dulu dia menjelaskan secara singkat maksud dari undangan ini.

"Kami mengundang lbu﷓Bapak clan para hadirin sekalian untuk ikut menikmati syukuran yang kami sclenggarakan di rumah makan ini, karena saya telah dapat melaksanakan shaurn Senin﷓Kamis tanpa putus selama satu tahun. Juga sholat tahajud biasa saya lakukan hampir setiap malam selama satu tahun penuh. Terima kasih!" Serta merta tepuk tangan dari para hadirin pun bergema. Kemudian dipersilakan santap bersama.

Masih ceritera sahabat saya tersebut. Untuk kedua kalinya dia pun, mendapat undangan serupa dari teman yang lain lagi. Juga diselenggarakan di sebuah. restoran di hotel, berbintang. Sang pengundang dalam sambutannya mengatakan bahwa syukuran dimaksudkan karena dia ini telah menunaikan ibadah Haji sebanyak lima kali. "Sudah benar﷓benar Haji:”, akunya. Selesai. sahabat saya berkisah dernikian, maka dia pun minta tanggapan saya atas syukuran semacarn itu.


Tanggapan saya:

a. Semoga kedua orang Muslim tersebut ibadahnya diterima Allah SWT. dan diberi pahala ganjaran setimpal dengan amal sholeh yang diperbuatnya. Amin!
b. Kita semua sama mahfum bahwa setiap amal soleh, apalagi dalam beribadah harus benar﷓benar didasari sikap clan rasa ikhlas, a lillahi ta'ala semata﷓mata. Tidak boleh ingin diketahui oleh orang lain. Bahkan yang terlebih baik dan sangat terpuji, ialah apabila ada perasaan takdt bila amal sholehnya sampai diketahui oleh orang lain.

c. Yang dikatakan ria ialah sebaliknya dari.kata ikhlas yaitu ingin agar amal soleh. atau ibadahnya dilihat dan diketahui orang lain. Bahkan yang terlebih jelek dan tercela lagi ialah., adanya perasaan takut dan menyesal apabila amal sholeh dan ibadahnya sampai tidak ada yang mengetahuinya. Harapannya orang semacam itu adalah, agar orang lain tahu bahwa dirinya telah berbuat amal sholeh.


Nah, hati﷓hati para pembaca. Sebab sering orang mengadakan syukuran yang bernuansa agama, tapi tanpa disadari dalam praktiknya sering pula orang terjebak dalarn ujub dan ria !

Mudah﷓mudahan maknanya dapat ditangkap dan dihayati oleh para pembaca yang budiman. Semoga peristiwa kedua undangan tersebut di atas hanyalah merupakan kisah fiktif belaka.

Kepada Redaksi PR yang telah memuatnya, saya sampaikan terima kasih.

Wassalam

Djoko,
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------


LAGI, TENTANG MESJID MAPOLWIL PRIANGAN
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, November 1994


Redaksl PR Yth,

Assalamu'alaikum wr.wb.
Dengan ini saya memberi tanggapan atas sebuah tulisan yang berjudul: "Mesjid Mapolwil Jangan Ikut Pindah" (tgl. 14/11/1994). Dalam mengoptimalkan fungsi sebuah mesjid secara baik, maka biasanya di mesjid diadakan sejumlah kegiatan dalam upaya, menghidupkan. serta menyemarakkan syi'ar agama.

Mesjid adalah sebuah tempat bangunan yang biasa digunakan untuk beribadah dalam bentuk sholat, dan secara rutinnya untuk sholat berjamaah di 5 waktu. Tak ketinggalan untuk ibadah sholat Jumat, sholat tarawih, sholat kusuf/khusuf, berdoa, berdzikir, bertadarus, menyelenggarikan tabligh, ceramah/pengaJian, pembinaan remaja, bimbingan manasik haji, pernikahan, syukuran, tempat peng﷓Islaman seseorang, . pendidikan kanak﷓kanak, penyelenggaraan titipan dan penyaluran zakat fitrah, Qurban Idul Adha, perpustakaan clan lain﷓lain dan masih ada 1001 kegiatan lainnya.

Semua kegiatan ini adalah tuntunan di dalam Islam yang sangat bermanfaat. Dan kalau semua kegiatan ini ditiadakan atau tidak terselenggara , dapat dibayangkan oleh pembaca sekalian bagaimana kehidupan agama dan beragama di bumi pertiwi tercinta ini yang konon katanya senantiasa menunjung tinggi ajaran agama.

Maka dengan sangat kami mohon kepada.pernilik bangunan baru maupon kepada.direksi nanti, agar mesji Nurul Hakim yang sekarang berada di kompleks Mapolwil Priangan, Jalan Braga depan BI tetap berdiri dan berfungsi sebagaimana mestinya. Syukur-syukur bila dibangun baru sesuai dengan kemegahan bangunan dan lingkungan yang ada.

Sebagaimana kita ketahui bersama, pada zaman sekarang di setiap kantor, jawatan, instansi dan perusahaan, sampai﷓sampai kepada toko sekali pun sering kita jumpai adanya mesjid atau sekurang﷓kurangnya sebuah musholla. Apalagi di bekas Mapolwil Priangan yang rencananya akan dibangun/digunakan bagi sebuah bank yang megah perkasa, sepatutnya didirikan sarana untuk ibadah, yaitu sebuah mesjid yang memadai dan representatif !

Insya Allah akan sangat bermanfaat clan berguna untuk pembinaan para karyawan bank di situ khususnya, umat Islam di seputarnya pada umurnnya. Jangan seperti yang terjadi dengan mesjid Nurul Iman yang dulunya pun berlokasi di kompleks Mapolwil Priangan, Jalan. Cicendo. Begitu Mapolwil pindah ke Jalan Braga yang sekarang ini, serta merta mesjidnya pun digusur ditebas tanpa bekas ! Sungguh, tragis dan sangat menyedihkan.

Harapan kami jan gan sampai'hal ini terulang kembali. Saya yakin bahwa pemilik dan Direksi yang akan datang tergerak nuraninya untuk beramal dengan cara membangun sebuah mesjid baru, Insya Allah.

Kepada Redaksi PR saya sampaikan terima kasih atas pemuatannya.

Wassalam.

Djoko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004


----------------------------------------------------

TAMAN ALUN-ALUN BUKAN UNTUK BINATANG
Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Februari 1992

Redaksi PR Yth,
Pada suatu hari Minggu pagi, saya menelusuri jalan﷓jalan seorang diri, ingin melihat suasana Kota Bandung di saat yang sangat dingin sekarang ini. Akhirnya sampailah saya ke Alun﷓alun Bandung. Alun﷓alun sesuai dengan fungsinya sekarang, adalah sebagai taman. Di situ orang bisa du duk﷓duduk beristitahat sambil menikmati kesejukan udara pagi. Sekelompok orang, laki﷓laki perempuan, tua﷓muda bersenam, berirama, teratur mengikuti irama dan aba﷓aba hitungan.

Sebagian ada pula yang hanya berjalan﷓jalan mengitari alun﷓alun. Dan ada pula yang hanya duduk-duduk menghilangkan lelah seperti saya. Banyaknya orang bukan main ! Dan tampaknya semua orang ingin menikmati suasana santai di hari Minggu dalarn kesejukan pagi. Cahaya terang mulai menampakkan diri, menyibakan ka6ut di pagi itu. Maki orang pun sernakin banyak berdatangan. Di antaranya para pedagang asongan yang menjajakan dagangannya.

Tapi akhimya yang menjadi perhatian saya ialah adanya dua orang boy yang mengasuh masing﷓masing seekor anjing herder besar dengan moncongnya yang nyalangap, tak diberangus, tampak garang sekali ! Hih, menakutkan deh ! Sementara itu si boy, sang pengasuh anjing tampaknya bangga mendapat perhatian dari orang﷓orang di sekelilingnya yang sebenarnya merasa takut dan terusik ketenangannya.

Akhirnya saya katakan kepada kedua pengasuh anjing tersebut, sebaiknya agar tidak membawa anjing ke dalam arena alun﷓alun, karena di sini orang jadi terganggu dan ketakutan. Setahu saya, alun-alun hanya diperuntukan untuk orang, bukan untuk anjing !

Kalau sekiranya anjing boleh dibawa masuk ke alun﷓alun, saya khawatir nantinya kuda﷓kuda yang banyak dimiliki oleh kusir pun suatu saat akan masuk ke alun-alun untuk mencari penumpang dengan meninggalkan gundukan kotor.

Untuk itu saya minta perhatian aparat keamanan seperti Hansip atau Tibum untuk mengamankannya. Dan yang terlebih penting ialah kepada mereka yang memiliki anjing untuk tidak membawa/mengasuh anjingnya ke dalam alun﷓alun.

Kepada redaksi saya ucapkan terima kasih.

Joko
Cicendo Dalam
Bandung 40171

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 12/2/2004

----------------------------------------------------



posted by bambang  # 5:39 AM

Archives

02/01/2004 - 03/01/2004  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?